Pelajaran Dari Mufti yang Zuhud dan Ulama Qira’at yang Masyhur

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارِك على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Siapa yang tidak mengenal Imam Atha’ bin Abi Rabah? Seorang tabi’in yang sangat zuhud, tidaklah ia mengambil bagian dunia kecuali sedikit. Seorang mufti yang berwibawa lagi bijaksana, ‘alimnya ulama pada masa itu, yang sangat terkenal dengan kesederhanaan yang dadanya penuh rasa syukur terhadap tuhannya.

Imam Atha’ bin Abi Rabah adalah guru dari Imam ‘Ashim, seorang ulama Qira’at. Siapa sangka ternyata Imam Atha bin Rabah talaqqi al-Qur’an kepada Imam Ashim, sungguh sebuah teladan yang luar biasa dari kedua Imam ini.

Imam Atha bin Rabah walaupun keilmuannya tidak lagi diragukan, ia tetap belajar kepada muridnya tersebut. Rasa malu tidak menutupi dirinya dari menuntut ilmu syar’i yang shahih. Namun tidak sedikit, seorang penuntut ilmu malah disibukkan dengan perkara syubhat dan bid’ah, dan merasa bangga dengan ilmu dunianya sedangkan terhadap akhiratnya ia hanya sekedar mengenal nama Islam!

Anehnya, ia merasa malu dengan ilmu akhirat (Islam), sedangkan dengan dunianya ia begitu semangat. Ia malu talaqqi ataupun membaca al-Qur’an hanya karena ada huruf bibir yang mesti dibaca monyong ketika mengucapkan huruf tersebut. Waliyadzubillah ..

Wahai manusia, dan para penjaga al-Qur’an, sesungguhnya Engkau akan bertemu dengan tuhanmu sendirian! Dan mati pun sendirian! Dan Engkau akan dihisab sendirian! Engkau akan disidang dihadannya sendirian!

Jika Engkau masih malu dengan agamamu di dunia ini, terkhusus belajar dan bersama al-Qur’an. Maka bersiaplah Engkau akan dipermalukan di hari kiamat nanti akibat perbuatanmu. Bersyukurlah hari ini aibmu masih Alloh  tutupi.

وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an itu akan menjadi hujjah yang membelamu atau yang akan menuntutmu.” (HR. Muslim no. 223)