Serial Ahli Qiro’at #2: Empat Sahabat yang Mendapat Rekomendasi Nabi

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارِك على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Rekomendasi sangat dibutuhkan dalam menentukan sebuah pilihan, baik dalam hal memilih barang, jurusan kuliah atau pun guru privat. Semakin hebat sang pemberi rekomendasi maka otomatis apa yang ia rekomendasikan menjadi semakin bernilai.

Lantas bagaimana jika sang pemberi rekomendasi adalah manusia terbaik yaitu Nabi Muhammad ﷺ?

Beliau ﷺ pernah bersabda :

اسْتَقْرِؤُوْا القُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ : مِنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُودٍ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ وَأُبَيْ وَمُعَاذِ بنِ جَبَلٍ

Pelajarilah al-Qur’an dari 4 orang : Abdulloh bin Mas’ud, Salim maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, dan Mu’adz bin Jabal (HR. Bukhori)

Keempat sahabat diatas telah diakui talentanya oleh baginda Nabi Muhammad ﷺ dalam masalah al-Qur’an. Oleh karenanya, sebagai umat yang berpedoman pada Kitabulloh kita perlu mengenal 4 sahabat istimewa ini.

Pertama, Abdullah bin Mas’ud

Sejak belia sifat amanah sudah melekat dalam dirinya, hal ini terbukti saat Rasululloh ﷺ dan Abu Bakar رضي الله عنه berhijrah ke Madinah dalam rangka menyelamatkan agama Allah. Ditengah perjalanan mereka berjumpa dengan seorang pemuda yang sedang menggembalakan kambing. Pemuda tersebut tak lain adalah Abdulloh bin Mas’ud.

Rasululoh ﷺ bertanya kepadanya: “Nak, apakah kambingmu mengeluarkan air susu?”,

ia menjawab : “Iya, akan tetapi kambing ini bukan milikku, aku hanya seorang pekerja yang diberikan amanah untuk menggembalakannya”

Rasul pun lantas meminta untuk dibawakan kambing betina yang belum dikawinkan lalu beliau mengusap puting susu kambing tersebut. Dengan izin Allah air susu pun mengalir dari kambing tersebut.

Rasullulloh ﷺ pernah memberikan rekomendasi khusus untuk sahabat yang satu ini dalam sabdanya:

Barangsiapa yang ingin membaca al-Qur’an seperti saat ia diturunkan, maka hendaklah ia membaca sebagaimana bacaan Ibnu Ummi Abd (Abdulloh bin Mas’ud)

Di lain kesempatan Nabi ﷺ bahkan menyatakan bahwa betis Ibnu Mas’ud رضي الله عنه lebih berat disisi Allah ta’ala dari gunung uhud.

Sahabat yang ikut serta dalam perang badar ini pernah berkata: Aku menghafalkan 70 surat dalam al-Qur’an langsung dari Rasululloh ﷺ.

Selain piawai dalam membaca al-Qur’an, ia juga terkenal karena keilmuannya, sebagaimana digambarkan oleh Umar bin Khoththob رضي الله عنه sebagai “sebuah bejana yang penuh dengan ilmu”

Kedua, Salim Maula Abi Hudzaifah

Sahabat yang satu ini memiliki tempat tersendiri dalam sejarah kaum muslimin, sebab selain mengikuti perang Badr ia pun termasuk dari golongan Assabiqunal Awwalun.

Kepiawaiannya dalam membaca al-Qur’an pun tidak diragukan lagi, hal ini terbukti saat ia dan beberapa sahabat berhijrah ke kota Madinah. Ibnu Umar رضي الله عنهما menjelaskan bahwa Salim Maula Abi Hudzaifa dipilih menjadi imam saat itu padahal dalam rombongan tersebut terdapat Umar dan Abu Ubaidah رضي الله عنهم. Hal inilah yang kemudian membuat Ibnu Umar tertarik untuk menamai salah satu anaknya dengan nama sahabat mulia ini.

Pada era kekhalifahan Abu Bakar رضي الله عنه ia dengan gagah berani maju ke medan perang Yamamah. Bahkan, dikala barisan kaum muslimin diobrak-abrik oleh kaum kuffar, ia tetap teguh berdiri sembari memegang bendera panji kaum muslimin hingga menjemput syahid.

Ketiga, Ubay bin Ka’ab

Sebuah kabar mengejutkan pernah menghampiri sahabat yang satu ini, bahwasanya Allah سبحانه و تعالى secara khusus menyebutkan namanya, sungguh sebuah kabar fantastis yang diidam-idamkan oleh setiap manusia.

Kisah tersebut berawal saat Nabi Muhammad ﷺ hendak mengajarkan surat Al Bayyinah kepada sahabat anshor tersebut, Beliau bersabda :

“Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk mengajarkan al-Qur’an kepadamu, Ubay رضي الله عنه yang dipenuhi perasaan takjub lantas bertanya : Apakah Allah menyebutkan namaku?

Beliau menjawab : “Iya” .

Seketika air mata pun membasahi pipi sahabat mulia tersebut. ”

(HR. Bukhori Muslim)

Dilain kesempatan beliau juga pernah bersabda :

“Orang yang paling bagus bacaan Qur’annya dari umat ini adalah Ubay”.
Sabda Rasul diatas secara otomatis mengantarkan Ubay bin Ka’ab menjadi peraih gelar manusia yang paling piawai dalam membaca al-Qur’an dari umat ini, sebagaimana diutarakan oleh Imam Ibnul Jazary رحمه الله.

Hidupnya didedikasikan untuk mengajarkan al-Qur’an. Diantara murid-murid beliau ialah : Ibnu Abbas, Abu Huroiroh, Abu Abdirrohman As Sulamy dan masih banyak lagi. Beliau juga biasa mengkhatamkan al-Qur’an setiap 8 hari.

Keempat, Mu’adz bin Jabal

Ia merupakan sahabat Anshor yang memeluk islam pada saat masih cukup belia, 18 tahun tepatnya. Ia juga ikut serta dalam rombongan kaum anshor yang datang ke Mekkah untuk mengikat janji dengan Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang nantinya dikenal dengan Baiat Al ‘Aqobah Ats Tsaniyah.

Semangatnya dalam menimba ilmu tak perlu diragukan lagi, sampai-sampai Rasululloh ﷺ menggelari Mu’adz رضي الله عنه sebagai seorang yang paling mengetahui permasalahan halal dan harom dari umat ini.

Tak cukup sampai disitu, beliau bahkan mengutus sahabat mulia ini ke negri Yaman untuk mengemban misi istimewa, berdakwah dijalan Allah. Hal ini tentu semakin memantapkan posisi beliau sebagai seorang ulama dari kalangan sahabat.

Ada satu momen istimewa antara Mu’adz dan Rasululloh ﷺ , yaitu saat ia dibonceng oleh baginda Nabi Muhammad diatas keledai. Saat itu Rasul bertanya kepada Mu’adz :

“Wahai Mu’adz tahukah engkau apa hak Allah atas hambanya dan hak seorang hamba atas Allah?,

“Allah dan RasulNya lebih tahu” jawab mu’adz.

Rasul kemudian menjelaskan : “Hak Allah atas hambanya adalah senantiasa mennyembahNya dan tidak mensekutukanNya dengan suatu apapun, sedangkan hak hamba atas Allah adalah tidak mengadzab orang yang tidak berbuat syirik.

Sahabat ini pun terperanjat mendengar penjelasan beliau, hingga secara spontan berkata : “Bolehkah aku sebarkan berita gembira ini wahai Rasul?”

“Jangan” cegah beliau, “Agar mereka tidak berpangku tangan”. (HR. Bukhori)

Sahabat satu ini pun mengiyakan perintah Rasul tersebut hingga menjelang akhir hidupnya. Saat ajal hampir menyambut, ia akhirnya menceritakan momen indah tersebut lantaran takut akan sebuah hadits yang berisi ancaman tentang bahayanya menyembunyikan ilmu.

Lihatlah bagaimana sahabat satu ini dengan teguhnya memegang amanah Rasululloh ﷺ.

Saat kita merenungi biografi para sahabat seringkali kita merasa seakan sedang membaca kisah para pahlawan dari negri antah-berantah, sehingga terkadang muncul pertanyaan :

“MUNGKINKAH KITA BISA SEPERTI MEREKA?”

Janganlah putus asa wahai saudaraku, sebab Allah سبحانه و تعالى selalu membuka kesempatan untuk ikut serta dalam barisan orang-orang yang telah meraih ridhoNya. Oleh sebab itu, marilah sejenak kita menengadahkan tangan, menghinakan diri dan dihadapan Allah سبحانه و تعالى, memohon kepadaNya agar mengizinkan kita ikut masuk kedalam rombongan para manusia terbaik tersebut, Aamiin.

===

Referensi :
– Ma’rifatul Qurro’ Al Kibar karya Imam Adz dzahaby
– Ghoyatun Nihayah karya Imam Ibnul Jazary
– Siyar A’lamin Nubala karya Imam Adz dzahaby


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *