Serial Ahli Qiro’at #4: Abu Abdirrohman as-Sulami

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارِك على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Hari itu Masjid Agung Kufah terlihat ramai seperti biasa. Masjid yang menjadi kebanggan penduduk Kufah tersebut nampak dikerumuni oleh manusia yang haus akan ilmu agama. Di salah satu sisi masjid terlihat seorang alim yang sedang mengajarkan al-Qur’an kepada para muridnya. Beliau sesikit menghela nafas, kemudian berkata :

Sahabat Utsman bin Affan رضي الله عنه pernah mengabarkan kepadaku bahwasanya Rasululloh ﷺ bersabda :

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori)

Selepas menyampaikan hadits mulia diatas beliau pun berkomentar: “Hadits inilah yang memotivasiku untuk tetap duduk disini mengajarkan al-Qur’an”.

Sosok ulama tersebut tak lain ialah Abu Abdirrohman as-Sulamy رحمه الله.

Putra dari seorang sahabat Nabi

Sosok ulama ahli Qur’an ini lahir saat Rasululloh ﷺ masih hidup ditengah kaum muslimin. Tak heran jika beliau terhitung sebagai seorang senior dikalangan para Tabi’in. Ayahnya yang merupakan sahabat Nabi lantas memberikan nama Abdulloh kepadanya. Di masa mendatang nantinya beliau akan lebih dikenal dengan kun-yah : Abu Abdirrohman as-Sulamy.

Beliau pernah berkata:

“Aku belajar al-Qur’an dari ayahku yang merupakan salah satu dari sahabat Nabi, Ia bahkan ikut berperang bersamanya”

Diutus ke Kufah

Perang Armenia berkecamuk, kaum muslimin dari berbagai negri berkumpul, bersatu dan bahu membahu dengan tujuan yang sama, menegakkan kalimat Laa ilaa ha illallah. Diantara mereka terdapat sahabat Hudzaifah bin al-Yaman رضي الله عنه.
Ditengah peperangan, sahabat mulia tersebut dikagetkan dengan sebuah peristiwa yang amat mengejutkan dan menyesakkan dada.

Kaum muslimin saat itu berselisih pendapat dalam masalah qiro’at (bacaan) al-Qur’an. Bahkan sampai kepada taraf saling menyalahkan dan mengkafirkan. Sebuah kejadian yang amat mengkhawatirkan tentunya di mata sahabat ini.

Oleh karenanya, saat api peperangan telah padam beliau segera menghadap Khalifah Utsman bin Affan رضي الله عنه guna mendiskusikan masalah pelik yang baru saja ia saksikan. Singkat cerita akhirnya Khalifah Utsman memerintahkan pembentukan panitia penulisan al-Qur’an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit رضي الله عنه.

Saat penulisan al-Qur’an telah usai, beliau lantas mengirim beberapa mushaf tersebut ke penjuru negri dengan satu orang ulama yang akan mengajarkannya. Diantara mereka terdapat Abu Abdirrohman as-Sulamy yang ditugaskan untuk mengajarkan al-Qur’an di negri Kufah. Beliau pun berangkat dan mengajarkan al-Qur’an di Masjid Agung Kota Kufah tak kurang dari 20 Tahun.

Ya, beliau habiskan 20 tahun dari umur yang dimiliki dalam rangka mengajarkan al-Qur’an, sungguh betapa indahnya pengorbanan beliau demi kitabulloh.

Guru dari Imam ‘Ashim

Imam ‘Ashim رحمه الله adalah salah seorang Qori’ yang amat berjasa dalam mengajarkan al-Qur’an kepada kaum muslimin. Tak heran jika beliau terpilih menjadi salah satu dari 7 Imam Qiro’at yang kita kenal dengan Qiro’at Sab’ah. Qiroat yang kita baca atau kita kenal dengan Qiroat Hafs merupakan hasil dari kesungguhan beliau dalam mengajarkan al-Qur’an.

Jika kita lihat silsilah sanad al-Qur’an riwayat hafs ini (kami sertakan di akhir artikel), akan kita dapati bahwa Imam Hafs talaqqi al-Qur’an kepada Imam ‘Ashim, dan Imam ‘Ashim talaqqi al-Qur’an kepada Abdurrohman as-Sulamy.

Sehingga dari setiap huruf al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin diberbagai penjuru dunia, beliau mendapatkan bagian pahala kebaikan didalamnya. Tak terbayang tentunya kebaikan yang beliau dapatkan hingga sekarang dan akan berlangsung hingga hari kiamat dengan izin Allah سبحانه و تعالى.

Enggan Menerima Hadiah

Suatu hari saat pulang kerumah, beliau dikejutkan dengan adanya hewan ternak berupa unta yang bukan miliknya. Merasa tak pernah membelinya beliau pun lantas bertanya kepada penghuni rumah, “Dari mana ini?”, Seorang yang bernama fulan menghadiahkannya kepadamu, sebab engkau mengajarkan al-Qur’an kepada anaknya, ucap keluarganya.

Beliau lantas memerintahkan untuk mengembalikan hadiah tersebut seraya menasehati keluarganya dengan perkataan yang nantinya cukup dikenal :

إِنَّا لاَ نَأْخُذُ عَلَى كِتَابِ اللهِ أَجْراً

“Sesungguhnya kita tidak mengambil upah dari mengajarkan Kitabulloh.”

Tak sekedar Menghafal

Al-Qur’an bagi beliau bukan sekedar susunan huruf yang dihafal diluar kepala. Akan tetapi harus dipahami serta diamalkan isi kandungannya. Oleh sebab itu, tak heran jika beliau berusaha menggabungkan hal tersebut sekaligus, menghafal, memahami dan mengamalkan. Mari kita simak langsung penuturan ulama satu ini :

أَخَذْنَا القُرْآنَ عَنْ قَوْمٍ أَخْبَرُوْنَا أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا تَعَلَّمُوا عَشْرَ آيَاتٍ لَمْ يُجَاوِزُوْهُنَّ إِلَى العَشْرِ الآخَرِ حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِيْهنَّ، فَكُنَّا نَتَعَلَّمُ القُرْآنَ وَالعَمَلَ بِه.

“Kami mempelajari al-Qur’an dari generasi (sahabat) yang berkata bahwa tidaklah 10 ayat mereka lewati dan berpindah ke 10 ayat yg lain kecuali setelah memahami isi kandungannya, maka kami pun mempelajari al-Qur’an sekaligus mengamalkannya”.

Metode ini kemudian beliau terapkan kepada para murid beliau, salah satu diantara mereka pernah bercerita :

“Abu Abdirrohman as-Sulamy biasa mengajarkan kami al-Qur’an 5 ayat kemudian 5 ayat selanjutnya.

Semoga Allah سبحانه و تعالى menjadikan kita termasuk dalam ahli Qur’an, aamiin ..

Silsilah jalur sanad riwayat hafsh :


Comments

  1. Avatar Lea Zulaikha
    Lea Zulaikha

    Ana samgat terinspirasi dari tulisan ini. Jazaakumullahu khairan katsiran tim penulis 🙏

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *